Oleh : Dr. Supardi, SH., MH
Kepala Kejaksaan Tinggi Riau
Als. Rd Mahmud Sirnadirasa
بِسْمِ ه اللِّٰ الرَّحْمٰنِ بِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِ
وَالصَّ لََةُ وَالسَّلََمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ مَعَ التَّسْلِيْمِ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ فِى تَحْصِيْلِ الْعِنَايَةِ الْعَآمَّةِ وَ الْ هِدَايَةِِ اِلتَّآمَّةِ، آِمِيْنَِ يَِا رَِبَِِّ
الْعَالَمِيْنَ
Bismillãhirrahmãnirrahîm Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“. Kata “taqwa” dapat dimaknai dari berbagai dimensi dan segmen.
Di dalam kata tersebut terdapat berbagai unsur seperti patuh, takut, cinta, dekat, tunduk, sayang dan masih banyak lagi yang lainnya, yang mungkin setiap orang bisa menjabarkannya lebih luas lagi. Bagi saya, setidaknya, kata taqwa dapat dimaknai sebagai “lekat atau lengket” dengan Tuhan.
Kata “lekat atau lengket” menandakan adanya kedekatan antara Tuhan dengan hamba. Makna “lekat atau lengket” berarti dekat tanpa sekat ruang. Bukan sebagaimana makna dekat apa adanya.
Lengket lebih bermakna ada daya tarik menarik yang hidup antara Tuhan dengan hamba, sehingga hamba sebagai ciptaan menyatu kembali dengan kehendak-Nya.
Ibarat dua sisi isolatif yang ada lemnya direkatkan, maka tarikan satu akan menarik yang lainnya. Apabila hamba lekat dengan Tuhannya maka apapun yang dikehendaki oleh hamba akan dikabulkan atau diridhai Tuhannya.
Lengket atau lekat dengan Tuhan berarti ada hubungan yang erat sedemikian rupa antara Tuhan dan hamba, sehingga dipastikan hamba telah mencintai dan mengasihi Tuhannya. Karenanya, Tuhan berbalas lebih mencintai dan mengasihi hamba-Nya.
Hubungan yang kian dekat tiada sekat, lebih dari sekedar nempel. Nempel termaknai sebagai hubungan yang kurang erat, kaku, mati, kurang menyeluruh kedekatannya dibandingkan dengan lengket atau lekat. Hamba yang memiliki ketaqwaan dalam makna lekat adalah hamba yang telah menjadi kekasih-Nya dan yang dicintai-Nya.
Secara hakekat, hamba itu telah menemukan nilai ketaqwaan bahwa ia benar-benar mampu merasakan cinta Tuhan pada dirinya dan dicintai Tuhannya. Sebagai orang yang bertaqwa dalam arti lekat atau lengket ini, maka apapun permohonannya pasti dikabulkan oleh-Nya.
الم ۞ِِِ ذَِِٰلِكَِ اِِلْكِتَا بِ لَِِِ رَِِيْبَِ فِِِِۛيهِِ هدًى لِِِلْ متَّقِينَِ ۞ِِ اِِلَّذِينَِ يِِ ؤْمِن ونَِ بِِِالْغَيْبِِ وَِِي قِي مونَِ اِِلصَّلََةَِِِ
وَمِمَّا رَِِزَقْنَا همِْ يِِ نْفِق ونَِ ۞ِِ وَِِالَّذِينَِ يِِ ؤْمِن ونَِ بِِِمَاِ أِِ نْزِلَِ إِِِلَيْكَِ وَِِمَا أِِ نْزِلَِ مِِِنِْ قَِِبْلِكَِ وَِِبِالْْخِرَةِِ همِِِْ
ي وقِن ونَِ ۞ِِ
“1. Alif laam miim.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (QS. al-Baqarah [2] 1-4) Bagaimana kaitan istilah taqwa dengan firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 1-2 yang mengatakan bahwa kitab Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang muttaqîn (orang bertaqwa)? Sementara tanda orang bertaqwa menurut Surat al-Baqarah ayat 3-4 ada lima; (1) mereka beriman kepada yang ghaib, (2) menegakkan shalat, (3) menafkahkan rezeki yang ia terima dari Tuhannya, (4) beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadanya dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan (5) mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Dalam pandangan saya, bahwa Allah (Tuhan yang Tunggal) merupakan Dzat yang menciptakan hukum yang tertulis di dalam Al-Qur’an. Hamba atau orang yang menjalankan seluruh kaedah hukum, baik perintah maupun larangan Tuhan, hasilnya akan menciptakan manusia yang bertaqwa, lekat dan lengket dengan Tuhan. Artinya, semua kaedah yang tertulis, termasuk apa yang tersebut dalam Surat al-Baqarah ayat 3-
4 tersebut, merupakan sebagian tanda-tanda materil orang yang bertaqwa. Kenapa dikatakan sebagian? Karena, untuk dikatakan sebagai orang bertaqwa, tidaklah sekedar 5 (lima) tanda atau kriteria seperti dalam Surat al-Baqarah ayat 3-4 di atas.
Masih banyak hal yang harus dikerjakan dan itupun harus dilandasi dengan keikhlasan dan rasa syukur. Itulah karenanya, sehingga kegiatan shalat, zakat, statement percaya yang ghaib dan lain-lain, merupakan sebagian ‘kegiatan wajib’ yang secara lahir atau meterial harus dikerjakan oleh si hamba.
Untuk menjadi bagian dari jalan mencapai derajat lekat atau lengket (taqwa), landasannya adalah ikhlas dan rasa syukur. Dalam istilah lain, disebut juga sisi spiritual.
Hamba yang secara lahiriah (material) banyak shalat, zakat, shadaqah dan amal baik lainnya tidak serta merta ia menjadi bertaqwa, lekat atau lengket dengan Allah.
Kegiatan lahiriah tersebut merupakan titik awal untuk melakukan semacam tracing apakah ibadah yang dilakukan itu cerminan hati yang tulus dan syukur kepada Allah. Wallãhu A’lamu bish-Shawãb Mari kita tutup artikel ini dengan doa:
اَللٰ همَِّ آِتِِ نَِفْسِيِْ تَِقْوَاهَا، وَِِزَكِِّهَا، أَِنْتَِ خَِيْ رِ مَِنِْ زَِكَّاهَا، أَِنْتَِ وَِلِيُّهَا وَِمَوْلَهَِاِ
Allãhumma ãti nafsî taqwãhã wazakkihã, anta khairu man zakkãhã, anta waliyyuhã wa maulãhaã “Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku ketakwaaan jiwa, dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Rabb yang mensucikannya, Engkau pelindung dan Pemeliharanya”. Âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn. Pekanbaru, 8 April 2023.